Himpunan Mahasiswa Jurusan Syari'ah Jinayah wa Siyasah
Image by Cool Text: Free Graphics Generator - Edit Image e-Mail: himajinasiarraniry@yahoo.co.id

Senin, 15 April 2013

Wajah Kampusku

IAIN Ar-Raniry

Oleh: Khairil Akbar 

IAIN (Ingkar Allah Inkar Nabi), itulah kepanjangan yang sesuai dengan kondisi sekarang di kampusku. Betapa tidak, orientasi kampus biru kini berbalik arah. Kenetralan dalam politik malah sangat tajam akan bau politik. Jika dulu Pimpinannya sangat enggan menjabat, tapi kini kursi itu dipertahankan untuk masa yang akan datang. Kegagalan di periode ini dikelabui dengan terpilihnya orang yang sama di periode berikutnya. Ya, hal ini agar mata telanjang berkata, "Beliau terpilih lagi karena beliau memang bagus dan layak untuk jabatan itu". Bodoh sekali jika mempercayainya. Aku tidak menemukan suasana belajar sesungguhnya di kampus ini. Berbeda ketika aku menginjak kampus orang lain.

Aku pernah ke USU (Universitas Sumatera Utara) bersama dua teman dan dosen pendamping dalam rangka mengikuti Kompetisi Debat Konstitusi, dan hasilnya, aku terkagum dengan suasana yang dibangun di kamupus itu. Buku-buku yang mereka kanting dengan tangan menandakan betapa serakahnya mereka akan ilmu pengetahuan. Bukan mereka tidak memiliki tas, tapi tas mereka tidak muat untuk buku-buku tebal itu.

Bagaimana dengan kampusku? Pojok-pojok untuk belajar saja teramat sulit di dapatkan, konon lagi mencari kesadaran Mahasiswa yang nihil didapati. Seorang dosen yang malu dengan kondisi kampus hari pernah berkata kepadaku, "Sekiranya ada aturan yang membolehkan saya pindah dari almamater yang pernah saya sandang ke almamater kampus lain, sungguh saya sudah lama akan melakukannya. Tetapi, apalah daya, saya akan tetap menjadi alumni IAIN ar-Raniry meski hati ini kian benci". 

Salah siapa? Dosenkah? Atau Mahasiswa?

Pertanyaan itu yang mesti terjawab tuntas. Untuk menjawabnya, saya akan membawa analogi-analogi yang pernah saya dengar dari guru sesungguhnya, yaitu guru yang mencintai murid/santri/mahasiswanya. Buah tak jatuh jauh dari pohonnya. Guru kencing berdiri maka murid kencing berlari. Dalam kondisi ruang yang ada guru dan muridnya, maka akan tetap ada murid yang tidak mendengar dan tidam memperhatikan. Semua kata-kata ini bermuara kepada satu maksud, bahwa kegagalan mahasiswa/murid hari ini semestinya menjadi acuan instropeksi diri bagi para guru/dosen. Tetapi, menyalahkan sepihak, tentu menjadi penilaian yang bias.

Baiklah, aku juga akan bilang bahwa mahasiswa juga salah. Mahasiswa SALAH. Lihatlah mahasiswa lainnya, mereka bisa, mereka tetap cerdas, mereka ke mana-mana, mereka berprestasi, jika dosen yang salah, kenapa faktanya mahasiswa juga ada yang sukses, bukankah ini berarti mahasiswanya saja yang tidak rajin dan apatis? Hari ini, aku sebagai mahasiswa, mengaku salah, dan dosen menurutku juga mesti mengakuinya. 

Inilah kampusku, mana kampusmu? Kampusku Presidennya gak ada, mantan Presidennya saja gak ku kenal, apalagi presiden yang memang sedang kosong jabatannya. Casing kampusku baru, kampusmu? Kampusku mahasiswanya terkotak-kotak, kampusmu? Dan ini masih bagian kecil dari kebobrokan kampuskuu, belum semuanya terbongkar.

0 komentar:

Posting Komentar

Please, Give Us Ur Coment's and We Will Be Good Insyaa Allah

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls