Himpunan Mahasiswa Jurusan Syari'ah Jinayah wa Siyasah
Image by Cool Text: Free Graphics Generator - Edit Image e-Mail: himajinasiarraniry@yahoo.co.id

Rabu, 18 Januari 2012

Tolong Syari`atkan Mahasiswa


Oleh | Wasdar, S.Hi
Melihat pergaulan muda-mudi saat ini yang semakin hari semakin menjadi, sulit kiranya bagi kita menentukan siapa yang pantas dan atau dianggap untuk dipersalahkan atas kelakuan yang tak senonoh ini. Kita sebagai orang tua-kah, keluarga, masyarakat, pemerintah atau siapakah yang berhak disalahkan.

Secara sederhana dapat saya katakan bahwa kategori muda-mudi disini adalah mereka yang rentan mengikuti pola prilaku  yang tidak baik (buruk) yang melintasi garis-garis ketentuan syari`at, tentunya muda-mudi yang saya maksudkan adalah mereka para mahasiswa yang jauh-jauh hari ingin mencari ilmu di kota ini. Mahasiswa merupakan sosok yang tidak ‘suci’ dalam tulisan ini. Sulit di prediksi, sulit di teliti mahasiswa apaan bertingkah seperti ini.

Syari`at Islam yang terlaksana di Aceh tidak lain tidak bukan merupakan hasrat masyarakat agar selalu hidup dalam tuntunan syari`at, dijalankan syari`at Islam bukanlah sebagai pengekangan terhadap manusia untuk mengikuti nafsunya, atau bukanlah sebuah pelanggaran HAM, syari`at Islam juga bukanlah syari`at yang sadis, kejam, tidak manusiawi, tidak menerima investor asing atau apalah gelar/sebutan yang sengaja diciptakan oleh pihak-pihak yang tidak senang dengan keberlangsungan menjalankan hukum langit ini. Akan  tetapi syari`at ini diturunkan sebagai pedoman yang dapat menyelamatkan umat manusia dunia-akhirat, syari`at ini juga lebih kepada sebagai sebuah bendungan nafsu manusia agar sosok nafsu ini bisa dikendalikan dengan benar sesuai dengan batas-batas yang telah ditetapkan oleh agama. Kita tidak menyalahkan sang khaliq yang telah memberi nafsu, malah kita mensyukuri kalau sang pencipta menciptakan manusia dibekali dengan akal yang dibarengi dengan nafsu yang menjadikan kita lebih sempurna dibandingkan dengan ciptaan tuhan lainnya.

Selesai Sidang
Seorang anak manusia yang telah disekolahkan sampai menjadi mahasiswa bukanlah tidak mungkin melakukan dosa yang tak terduga, mereka juga bukan sosok yang istimewa, yang tidak boleh di kritik atau dipersalahkan. Namun, namanya juga manusia yang selalu pantang untuk disalahkan, mereka tidak sadar kalau mereka  berada di jalur yang salah, bahkan ada juga karena disalahkan mereka menuntut balik kalau perbuatan mereka selama ini berada pada jalur yang benar. Ini artinya bahwa disaat mereka diberikan sebuah nasehat yang baik mereka melawan, tapi kalau mereka dibiarkan begitu saja tanpa aturan, mereka senang dan bahagia karena bisa berbuat sesuai dengan nafsu syaitan la`natullah.

Sebagai masyarakat Aceh, apakah kita sebagai orang kampung (deso), orang awam, seorang mahasiswa, ulama, sebagai pejabat eselon atau siapapun kita tentunya harus malu melihat keadaan pergaulan  muda-mudi yang jauh dari nilai-nilai (value) agama. Wilayah kita yang telah ‘disyari`atkan’ oleh pemerintah pusat seharusnya mampu mensyari`atkan masyarakat yang ada di dalamnya, tidak terkecuali sosok yang disebut sebagai agent of change  yang terlebih dahulu harus disyari`atkan, sebelum mereka-mereka ini (mahasiswa) mampu mensyari`atkan  masyarakat disekitarnya. Ironis dan sangat disayangkan kalau sebahagian mahasiswa tidak bisa menjadi suri tauladan yang baik bagi umat.

Secara stratifikasi sosial, mahasiswa merupakan golongan (class) tertinggi dalam sistem pendidikan kita, tidak ada siswa tertinggi diatas mahasiswa. Ini artinya mahasiswa memiliki power penuh untuk meningkatkan kemajuan serta perkembangan masyarakat, tak terkecuali juga mahasiswa harus bisa memodern-kan masyarakat, sehingga perubahan akan terus berjalan dan kehidupan lebih baik akan segera didapatkan. Begitulah sebuah harapan yang diinginkan oleh  masyarakat kepada sosok manusia yang bernama mahasiswa.
Namun, sangat disayangkan sekali perilaku mahasiswa sekarang ini, sulit rasanya harapan masyarakat di atas akan terpenuhi, masyarakat pastinya hanya bisa berharap dan mahasiswalah yang akan mengabulkan harapan mereka. Mengapa tidak, kegelisahan masyarakat dengan tingkah mahasiswa sekarang yang sulit untuk diharapkan. Bagaimana mungkin mahasiswa menjadi lebih baik dan bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat, jika jam kuliah  masih saja mereka jiep kupi, facebook-an, chat atau lebih parah lagi main poker-pokeran bagi para poker mania, mereka bukan mencari ilmu malah mencari pacar, teman kencan atau apapun istilahnya, yang pasti tujuan utama mahasiswa disekolahkan tidak terpenuhi dan dianggap gagal. Bagaimana tidak, mahasiswa selalu menyibukan diri dengan hal-hal yang kurang bermanfaat, mereka sibuk dengan kekasih hatinya, tak ada waktu untuk membaca, malam menjadi siang karena selalu bergadang, sedangkan  siang berubah menjadi malam karena ketiduran yang disengaja, kuliahpun lagi-lagi tertinggal.

Dari sisi keagamaan terlihat juga kalau mahasiswa masih saja berlalai-lalai, lihat saja ketika masuknya waktu shalat, terlihat seakan mereka tak mendengar panggilan dari menara-menara mesjid yang tinggi itu. Mereka asyik dengan urusan sendiri, asyik menikmati segelas kopi, asyik di atas roda dua berdua-duaan, asyik bercumbu rayu di depan umum tanpa ada rasa malu sedikitpun, seolah-olah mereka tidak bersalah sama sekali bahkan mereka tak sadar kalau selama ini masyarakat terus memperhatikan gerak-gerik yang mereka lakoni.

Wahai mahasiswa tidakkah kita tahu kalau orang tua menyekolahkan kita untuk masa depan kita, apakah kita tidak menghargai jerih payah mereka yang tiap bulan mendonorkan dana untuk kelangsungan kuliah kita, mereka selalu mengabulkan permintaan kita, mereka tak pernah mengeluh atas kelakuan kita, karena bagaimanapun juga mereka selalu berharap agar anaknya kelak lebih baik dari orang tuanya ini. Bahkan patut diduga apakah kucuran dana tersebut benar-benar untuk keberlangsungan kuliah atau jangan-jangan money  tersebut hanya digunakan untuk hura-hura demi membahagiakan anak orang (pacar) yang selalu di sisi kita, sungguh abi-ummi beginilah kadang kelakuan anak-anakmu yang jauh dari pandanganmu. Na`uzubillah.

Mahasiswa SJS sedang Sholat Berjama'ah
Sekilas tentang hiruk-pikuk kelakuan mahasiswa di atas, sebagai orang Aceh yang kental dengan nilai-nilai Islam wajib untuk mengubah tingkah laku mereka (mahasiswa) yang jauh dari syari`at, tentunya yang pertama sekali haruslah selalu berusaha mengingatkan dan menegakkan amar ma`ruf nahi munkar dimanapun berada. Tidak lain tidak bukan orang yang selalu diharapkan seperti keluarga haruslah mampu  mengawasi anak-anaknya, harus selalu menanyakan bagaimana kuliah anaknya, harus selalu memberi perhatian penuh, dan yang terpenting  orang tua harus mampu menanamkan budi baik terhadap anaknya sehingga shalat tidak ditinggalkan lagi, begitu juga  masyarakat sekitar yang tentunya selalu melihat gerak-gerik  kelakuan mahasiswa yang nakal itu, kalau memang salah hendaknya diingatkan, diberikan nasehat yang baik (mau`idatil hasanah) agar kelakuan mereka menjadi lebih baik, tak kalah pentingnya juga pemerintah haruslah menjadi dewan keamanan bagi perkembangan mahasiswa yang berada dalam wilayah kerjanya, agar mahasiswa selalu hidup dalam lingkungan syari`at, pemerintah bisa saja menaggulanginya dengan membuat regulasi tentang bagaimana etika pergaulan dengan yang bukan muhrim.

Begitu juga di lingkungan kampus, para dosen seharusnya bukan hanya memberikan materi kuliah semata selama beberapa jam, tak lazim jika mahasiswa hanya mampu memperoleh nilai A dalam bidang studinya sedangkan dalam pergaulannnya masih jauh dari nilai-nilai syari`at. Barangkali  untuk meraih semua itu, hendaknya para dosen yang mengajar bidang studi apapun haruslah memberikan pesan-pesan atau bimbingan yang bersifat perbaikan moral agar mahasiswa tidak hanya memperoleh ilmu umum tapi juga menikmati ilmu-ilmu agama. Sehingga yang pada intinya mahasiswa akan menjadi mahasiswa yang bersyari`at. Semoga.

*Penulis Merupakan Alumni Mahasiswa Jurusan Jinayah wa Siyasah Pada Fakultas Syari`ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

2 komentar:

HMJ SJS IAIN AR RANIRY mengatakan...

Thank's .....
Semoga Sukses Jaya Selalu . . .
Kami menanti karya-karya Kanda lainya.

Anonim mengatakan...

Jadi malu, tapi tetap mencoba hidup sesuai Syari'ah . . . .

Posting Komentar

Please, Give Us Ur Coment's and We Will Be Good Insyaa Allah

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls