Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry lahir pada tahun 1963 yang merupakan IAIN ketiga di nusantara setelah IAIN Sunan Kalijaga Yogjakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. IAIN Ar-Raniry terus maju dan berkembang, hal ini terlihat, ketika diresmikan IAIN Ar-Raniry baru memiliki tiga fakultas, yaitu Fakultas Syari’ah, Fakultas Tarbiyah, dan Fakultas Ushuluddin. Namun setelah berusia 5 tahun, diresmikan pula Fakultas Dakwah (tahun 1968). Pada tahun 1968 ini pula, IAIN Ar-Raniry ditunjuk sebgai induk dari dua fakultas agama berstatus negeri di Medan (cikal bakal IAIN Sumatera Utara) yaitu Fakultas Tarbiyah dan Syari’ah yang berlangsung selama lima tahun. Untuk menyamai dengan IAIN-IAIN yang lain, pada tahun 1983 Fakultas Adab resmi menjadi salah satu dari 5 fakultas di lingkungan IAIN Ar-Raniry. Sesuai dengan tuntutan zaman, pada tahun 1988 IAIN Ar-Raniry membuka Program Pascasarjana yang pada tahap awalnya hanya program master saja dan sekarang telah pula membuka program doktor.
Perkataan Ar-Raniry adalah nama akhir seorang ulama besar dan Mufti yang sangat berpengaruh pada masa Sultan Iskandar Tsani memerintah tahun 1637-1641 M. Nama lengkap Ulama tersebut adalah Syekh Nuruddin Ar-Raniry yang berasal dari Ranir (sekarang Rander) di India dan telah memberikan sumbangan besar dalam pengembangan pemikiran Islam di Asia Tenggara, khususnya di Aceh.
Dalam perjalanan historisnya sejak berdiri, IAIN Ar-Raniry sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam, telah menunjukkan peran dan signifikansinya yang strategis bagi pembangunan dan perkembangan masyarakat. Alumninya yang sudah merata ditemukan pada hampir seluruh instansi pemerintah dan swasta, termasuk di luar Aceh, bahkan di luar negeri. Alumni kita hari ini telah berkiprah di berbagai profesi, baik yang berkaitan dengan sosial keagamaan, maupun yang berhubungan dengan aspek public lainnya. Lembaga ini telah melahirkan banyak pemimpin di daerah ini, baik
pemimpin formal maupun informal. Dari masa ke masa, kampus kita ini tetap menjadi tumpuan masyarakat, hal tersebut terlihat dengan meningkatnya jumlah peminat yang mendaftar sebagai calon mahasiswa dari tahun ke tahun.
IAIN Ar-Raniry saat ini memiliki 17 orang guru besar/profesor yang aktif, 2 orang yang pensiun atau emeritus, 42 orang Doktor dan Insya Allah dalam 2 atau 3 tahun ke depan doktor dan professor kita akan menjadi dua kali lipat dari yang sekarang. Sebagian mereka mendapat gelar doctor dari dalam negeri dan sebahagian lainnya dari luar negeri. Lembaga ini mempunyai mahasiswa 7000 orang lebih yang didukung oleh sekitar 700 lebih dosen dan karyawan. Mahasiswa kita sekarang juga terdapat yang berasal dari luar negeri seperti dari Malaysia, Thailand, Turki dan lain-lain.
Dalam rangka meningkatkan SDM, sarana dan prasarana, IAIN Ar-Raniry telah menjalin hubungan dengan berbagai pihak. Di samping dukungan dari pemerintah pusat dalam hal ini Kemenag RI, kita
juga mendapat perhatian yang luar biasa besar dari Pemerintahan Aceh pada setiap tahunnya. Kita juga mendapat bantuan dalam berbagai bentuknya dari banyak negara asing seperti Amerika, Australia, Jerman, Canada dan lain-lain. Bantuan-bantuan tersebut sangat kita rasakan, lebih-lebih pasca terjadi musibah gempa dan tsunami tahun 2004.
Kita saat ini sedang giat-giatnya mengawal proses rehap dan pembangunan baru gedung-gedung di kampus ini yang dilakukan oleh IDB (Islamic Development Bank) dengan besaran dana sekitar RP 360 M. Berkaitan dengan itu, mulai akhir Januari 2010 ini aktivitas kampus terpencar di beberapa lokasi yang sudah barang tentu terdapat banyak persoalan yang muncul.
Salah satu arah pengembangan IAIN Ar-Raniry ke depan selain penguatan internal adalah memperbesar mandat kelembagaan dan keilmuan. Dalam hal ini ada tawaran yang telah lama digulirkan di kalangan internal IAIN di Indonesia yang tidak hanya berdampak pada level almamater, tetapi juga akan
meningkatkan kompetensi dosen dan mahasiswa di dalamnya. Memperluas mandat IAIN dalam pengembangan keilmuan dimaksud, yaitu dengan mengubah IAIN dari bentuk Institut menjadi universitas. Tujuan utama pengubahan kelembagaan IAIN menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) tersebut adalah untuk mengislamkan (Islamisasi) ilmu-ilmu yang selama ini dikenal dengan ilmu umum dan mengintegrasikannya ke dalam ilmu yang intergral, sehingga sarjana IAIN nantinya menguasai keilmuan Islam yang integral sebagaimana halnya para filosof-filosof muslim dahulu. Inilah yang dilakukan oleh Ibnu Sina, al-Farabi , Ibnu Rusyd dan lain-lain yang mana mereka menguasai ilmu syari’ah, filsafat dan bahkan kedokteran. Kita merasa yang diperlukan umat di zaman sekarang ini bukan hanya sarjana-sarjana yang mengetahui ilmu agama saja, tetapi juga ilmu umum, sebaliknnya, bagi yang mendalami ilmu umum seharusnya juga memahami ilmu agama. Hanya dengan mengubah institute menjadi universitas memungkinkan dibukanya jurusan umum, seperti jurusan Ekonomi di Fakultas Syari’ah, jurusan Psikologi di Fakultas Tarbiyah, jurusan politik Islam di Fakutas Ushuluddin, malah dapat saja dibuka Fakultas Kedokteran, Fakultas Sains dan Teknologi, MIPA, dan Teknik Informatika. Dasar filosofi pengembangan UIN tetap menjadikan kajian agama Islam sebagai dasar pengembangan ilmu, sehingga berbeda dengan perkembangan ilmu sekuler di Barat.
Perubahan IAIN ke UIN adalah tuntutan zaman, yaitu adanya integrasi antara ilmu dan agama yang sekaligus menghindari dikhotomi ilmu pengetahuan yaitu antara ilmu umum dengan ilmu-ilmu keislaman yang telah terlanjur berkembang. Adanya lembaga yang mendukung proses integrasi ini, dengan sendirinya tuntutan zaman itu telah terpanuhi. Tahapan yang telah
dilakukan selama ini dalam skala terbatas adalah diajarkannya sejumlah ilmu sekuler, tetapi didekati dengan nuansa Islam. Karena apa yang akan dilakukan UIN nanti merupakan integrasi nilai Islam atau etika Islam ke dalam ilmu pengetahuan. Perubahan status ini merupakan peluang untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bernuansa Islami dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dalam masyarakat Indonesia. Pada saat ini, 6 dari 19 IAIN di Indonesia yang sudah berubah statusnya menjadi Universitas, namun pro dan kontra berkaitan dengan perubahan ini tetap saja terjadi.
Berkaitan dengan perubahan status IAIN tersebut, kami mengajak kita semua untuk memberikan dukungan penuh, baik dalam bentuk ide/saran, tenaga dan lain-lainnya, bahkan sangat terbuka dengan kritikan yang membangun dalam rangka pengembangan lembaga ini. Sudah merupakan tekat kita untuk terus berpacu menyelesaikan berbagai persoalan yang kita hadapi selama ini di samping meminimalisir peroalan-persoalan baru yang dapat menggangu hala tuju lembaga yang mulia ini. IAIN hari ini dituntut untuk menjawab berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat, baik pada tataran local, nasional maupun tantangan global. Dengan sumber daya yang kita miliki sekarang, IAIN Ar-Raniry dalam usianya yang ke 46 Insya Allah siap memberikan yang terbaik bagi umat, namun kita menyadari bahwa masih banyak memiliki kelemahan yang segera harus dicari solusi.
0 komentar:
Posting Komentar
Please, Give Us Ur Coment's and We Will Be Good Insyaa Allah